SUMENEP, MASALEMBO.ID – Masyarakat dan para empu dari Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, kembali menghidupkan semangat pelestarian budaya lewat kirab penyerahan pusaka Keraton Sumenep. Acara sakral yang dilaksanakan setelah proses penjamasan atau pembersihan pusaka ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Sumenep untuk terus menjaga jati diri daerah melalui budaya dan tradisi leluhur.
Prosesi kirab digelar dengan penuh khidmat. Para empu, sebutan bagi pembuat dan penjaga pusaka dan warga desa mengenakan busana adat khas keraton. Tidak hanya membawa pusaka keraton, mereka juga turut serta membawa hasil bumi seperti terong, tomat, kelapa, hingga kacang panjang. Hasil panen tersebut menjadi simbol rasa syukur masyarakat kepada pemimpin dan sekaligus ungkapan hormat terhadap leluhur.
Penyerahan pusaka dilakukan secara simbolis oleh seorang empu kepada Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo. Usai prosesi penyerahan, acara dilanjutkan dengan tradisi “Tarek Topak Barlobaran”, sebagai penanda berakhirnya rangkaian penjamasan dan penyerahan pusaka keraton.
“Kegiatan ini merupakan bentuk sinergi antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam menjaga budaya luhur Kabupaten Sumenep,” ujar Bupati Achmad Fauzi dalam sambutannya di Pendopo Agung Keraton, Kamis (03/07/2025).
Lebih jauh, Bupati menegaskan bahwa warisan tradisi dan budaya leluhur bukan hanya untuk dikenang, tetapi harus diwariskan dengan penuh tanggung jawab kepada generasi mendatang. Menurutnya, di tengah arus modernisasi yang begitu cepat, menjaga akar budaya menjadi hal yang sangat penting agar jati diri daerah tidak luntur.
“Kami mengajak semua elemen masyarakat untuk terus komitmen dalam menjaga dan merawat tradisi. Jangan sampai kekayaan budaya kita hilang ditelan waktu,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Pemkab Sumenep memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pelar Agung kelompok pelestari budaya di Desa Aeng Tongtong, yang telah memprakarsai kegiatan Haul Akbar dan Penjamasan Pusaka. Menurut Bupati, semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat terhadap budaya lokal patut menjadi contoh bagi wilayah lain.
“Acara ini bukan sekadar penghormatan terhadap leluhur, tapi juga bukti nyata bahwa semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap budaya masih hidup di tengah masyarakat kita,” tambahnya.
Bupati berharap, melalui kegiatan seperti ini, generasi muda dapat mengenal lebih dekat akar budaya mereka sendiri. Edukasi berbasis tradisi diharapkan bisa membentuk rasa bangga dan cinta tanah kelahiran yang kuat dalam diri anak muda.
“Semoga tradisi ini menjadi ruang belajar budaya bagi generasi muda. Mereka harus bangga, dan pada waktunya nanti, merekalah yang akan menjadi penjaga warisan ini,” pungkasnya.
Kirab pusaka dan penjamasan ini memang bukan acara biasa. Di balik kemeriahannya, tersimpan pesan moral dan kebudayaan yang kuat. Desa Aeng Tongtong, sebagai sentra empu keris dan pelestari pusaka, kembali membuktikan bahwa budaya bukan sekadar simbol masa lalu, melainkan identitas yang harus dijaga, dihidupi, dan diwariskan.
Dengan kegiatan ini, Sumenep menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan secara partisipatif dan meriah, tanpa kehilangan nilai-nilai sakral dan penghormatan terhadap leluhur. (Red/TH)