Perjuangan Warga Pulau: Berangkat untuk Berobat, Pulang dalam Kepiluan

Jenazah Leha (20) saat diturunkan dari kapal dan dibawa ke ambulans. (Foto: Thofu)

SUMENEP, MASALEMBO.ID – Bagi masyarakat perkotaan, mendapatkan layanan kesehatan adalah hal yang mudah dan cepat. Namun, bagi warga di pulau terpencil seperti Masalembu, perjalanan untuk mendapatkan layanan kesehatan adalah perjuangan besar yang bahkan bisa berujung pada kehilangan nyawa.

Hal ini dialami oleh Subandri yang dengan penuh harapan membawa istrinya, Leha (20), yang sedang hamil dan mengalami kendala persalinan. Dengan keterbatasan fasilitas kesehatan di Pulau Masalembu, pasangan muda ini nekat menumpangi KM Sabuk Nusantara 92 demi mendapatkan perawatan medis yang lebih baik di daratan.

Namun, nasib berkata lain. Bukannya mendapatkan pertolongan yang diharapkan, Leha justru mengembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan. Tak hanya sang ibu, bayi yang dikandungnya pun tidak selamat.

Baca Juga  Pemprov Sulbar Respon Rencana Kemendikdasmen Terapkan Kembali Sistem Penjurusan di SMA

Menurut keterangan pihak keluarga, Lasriansyah, Leha meninggal sekitar pukul 12.00 siang saat kapal dalam perjalanan dari Pelabuhan Masalembu menuju Kalianget.

“Leha meninggal sekitar jam 12 siang di kapal,” ujarnya pada Kamis (6/2/2025) malam.

Subandri yang awalnya berharap bisa membawa pulang istri dan anaknya dalam keadaan sehat kini harus merelakan mereka kembali ke pangkuan Ilahi. Suka cita menyambut kelahiran berubah menjadi duka mendalam di tengah samudra. Dengan hati berat, ia harus menerima kenyataan bahwa istrinya akan dimakamkan jauh dari tanah kelahirannya di Pulau Masalembu.

Baca Juga  Pelaku Pembuangan Bayi di Masjid Al-Kautsar Desa Pamolokan Berhasil Diamankan Polres Sumenep

“Rencananya akan dikebumikan di Kabupaten Sumenep atau di daratan,” tambah Lasriansyah.

Duka bukan hanya milik Subandri. Di tengah hiruk-pikuk Pelabuhan Kalianget saat KM Sabuk Nusantara 92 merapat, seorang pria lansia juga terlihat dalam kondisi lemah. Ia turun dari kapal dengan bantuan seorang pria paruh baya. Langkahnya gontai, wajahnya pucat menahan sakit.

Dikelilingi keluarga yang menanti jemputan untuk membawanya ke rumah sakit, pria lansia itu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pelabuhan. Tangis dan teriakan duka keluarganya langsung pecah di tengah keramaian.

Baca Juga  Pemkab Sumenep Canangkan Pulau Sapudi Sebagai Kawasan Hijau Berkelanjutan

Taufik, seorang saksi mata, mengaku kaget dengan kejadian tersebut. Ia melihat pria lansia itu masih tampak sadar saat duduk bersama keluarganya.

“Ketika turun tadi lewat di depanku, jenazahnya langsung dibawa pakai becak motor,” ujarnya keheranan.

Dua nyawa melayang dalam satu perjalanan panjang melawan keterbatasan. Kejadian ini menjadi potret nyata perjuangan warga pulau terpencil dalam mendapatkan layanan kesehatan. Perjalanan menuju penyembuhan pun bisa berubah menjadi perjalanan terakhir yang penuh nestapa. (Red/TH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *