Daerah  

Sambut Musim Tanam, Masyarakat Adat Wale Ale Gelar Ritual Kaago-agono Liwu

Ritual Kaago-agono Liwu Focuno Baha yang dipimpin oleh seorang wanita orang tua adat yang masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Bhisano Liwu. (Foto: Muhammad Al Rajap)

MUNA, MASALEMBO.ID – Dalam menyambut musim tanam atau musim barat, masyarakat adat Wale Ale menggelar ritual Kaago-agono Liwu Focuno Baha.

Ritual Kaago-agono Liwu Focuno Baha ini dipimpin oleh seorang wanita orang tua adat yang masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Bhisano Liwu.

Ketua Lembaga Adat Wale Ale, La Poasa Aloysius mengatakan ritual Kaago-agono Liwu dilakukan dua kali dalam setahun merujuk pada musim hujan yang turun dua kali dalam setahun.

Baca Juga  Bappeda Sumenep Mantapkan Langkah Penyusunan RPJMD 2025-2029 untuk Pembangunan Berkelanjutan

La Poasa mengungkapkan salah satu tujuan dari pelaksanaan ritual Kaago-agono Liwu  ini adalah untuk menyambut musim barat atau musim hujan. Dimana, saat musim hujan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menanami kebunnya masing-masing.

“Tujuan lainnya adalah ritual Kaago-agono Liwu ini merupakan tolak bala. Ritual ini sudah dilakukan secara turun menurun dan berkelanjutan oleh masyarakat adat Wale Ale,” jelas La Poasa, Kamis (24/10/2024).

La Poasa menambahkan masyarakat adat Wale Ale telah meyakini pelaksanaan ritual Kaago-agono Liwu  ini dapat memberikan hasil kebun yang melimpah yang sesuai dengan yang masyarakat harapkan.

Baca Juga  Kabar Baik! Pemprov Sulbar Segera Aktifkan 34.446 BPJS Kesehatan

“Jadi setelah ritual ini dilakukan, diprediksi akan turun hujan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Setelah hujan turun, maka masyarakat langsung menanam di kebunnya masing-masing,” beber La Poasa.

Menurut La Poasa, masyarakat yang menanam sebelum ritual adat dilakukan atau mendahului ritual adat Kaago-agono Liwu hasil panennya tidak maksimal seperti yang masyarakat harapkan.

Baca Juga  Pemkab Sumenep Wajibkan ASN Kenakan Pakaian Santri untuk Peringati Hari Santri Nasional

Sementara itu, Kepala Desa Wale Ale, Marten Kadenge mengungkapkan masyarakat adat Wale Ale meliputi masyarakat di dua desa yakni Desa Wale Ale dan Desa Kulidawa.

“Secara umum masyarakat Desa Wale Ale berprofesi sebagai petani. Kaitannya dengan ritual ini, masyarakat sudah dapat merencanakan waktu yang tepat untuk dapat melakukan penanaman jagung. Proses menanam jagung ini biasanya dilakukan secara gotong-royong,” kata Marten.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *