MAJENE, MASALEMBO.ID – Debat publik perdana calon Bupati-Wakil Bupati Majene 2024 berlangsung dinamis pada Kamis (6/11/2024), di gedung Assamalewuang. Acara yang disiarkan secara langsung oleh TVRI Sulawesi Barat dan kanal YouTube KPU Majene ini mengambil tema Pembangunan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Majene. Kedua pasangan calon memanfaatkan momen ini untuk memaparkan program kerja mereka dan saling berargumen menjawab pertanyaan dari panelis yang dipandu moderator Stefani Patricia dari iNews TV.
Debat semakin menarik saat sesi ketiga, ketika moderator menyampaikan pertanyaan kepada pasangan calon nomor 1, Arismunandar-Adi Ahsan, terkait potensi sektor pertanian Majene yang menyumbang 34,40% terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) namun menghadapi tantangan akibat perubahan iklim. Moderator bertanya tentang strategi untuk menghadapi tantangan di sektor pertanian ini.
Calon Bupati nomor 1, Arismunandar, menjelaskan bahwa salah satu strateginya adalah mengaktifkan kembali peran penyuluh pertanian agar petani bisa lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
“Kami juga akan memberikan alat dan mesin pertanian (alsintan) serta bibit unggul kepada para petani,” ujar Arismunandar.
Sementara itu, calon wakilnya, Adi Ahsan, menekankan perlunya fokus pada produk unggulan berdasarkan potensi wilayah. “Seperti di Malunda yang sedang viral dengan nilam, atau di Tammero’do dengan cengkehnya,” ungkap Adi, yang ingin menyesuaikan potensi wilayah dengan komoditas pertanian dan perkebunan lokal. Ia menambahkan bahwa intervensi pemerintah daerah kepada petani saat ini masih cukup rendah, dengan banyak petani yang bekerja mandiri tanpa dukungan pemerintah.
Di sisi lain, pasangan calon nomor urut 2, Andi Achmad Syukri dan Andi Rita Mariani, juga memaparkan program mereka. Andi Achmad Syukri menyoroti bahwa pemerintah di bawah kepemimpinannya telah mengalokasikan anggaran untuk bantuan pertanian sebesar Rp7,9 miliar. Calon Wakilnya, Andi Rita Mariani, menekankan bahwa jika terpilih, mereka tidak hanya akan mendorong produksi pertanian, tetapi juga meningkatkan hilirisasi melalui pengolahan dan pengemasan produk.
“Hilirisasi ini penting untuk memperluas pasar. Dengan adanya informasi nilai gizi pada kemasan, produk akan lebih mudah dipasarkan,” kata Rita.
Andi Rita juga menyebutkan tren petani kopi dan kakao yang mulai beralih ke tanaman nilam, karena nilam menjanjikan harga jual yang cukup tinggi. Lalu apa sebenarnya tanaman nilam itu?
Viral di Malunda dan Ulumanda
Tanaman nilam ini memang tengah viral di kalagan petani, terutama di Kecamatan Malunda dan Ulumanda, karena potensi ekonominya yang menjanjikan. Banyak petani di daerah tersebut beralih menanam nilam karena harga jual minyak nilam yang tinggi. Saat ini, minyak nilam dipasarkan dengan harga yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram.
Badri, salah seorang warga Ulumanda, menyebutkan bahwa baru-baru ini warga di Popenga menjual minyak nilam hingga mencapai nilai Rp43 juta hanya untuk beberapa kilogram.
Tanaman nilam (Pogostemon cablin) adalah tanaman semak yang dikenal karena menghasilkan minyak atsiri berkualitas tinggi, yang populer dalam industri kosmetik, parfum, dan aromaterapi. Minyak nilam diekstrak dari daunnya melalui proses penyulingan. Di Indonesia, nilam tumbuh baik di daerah beriklim tropis seperti Sumatra dan Sulawesi, termasuk di Majene, yang kini melihat peningkatan minat dalam budidaya nilam karena harga minyaknya yang relatif stabil dan tinggi di pasaran internasional. Selain itu, nilam memiliki ketahanan yang baik terhadap hama dan penyakit, menjadikannya pilihan yang menarik bagi petani lokal. (Har/red)