SUMENEP, MASALEMBO.ID – Pemerintah Kabupaten Sumenep, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), mengusung pendekatan langsung ke lapangan dan kerja sama lintas sektor sebagai strategi utama dalam upaya mewujudkan swasembada pangan. Pendekatan ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dari penyuluh pertanian hingga aparat keamanan, yang bahu membahu bersama petani di sawah.
Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, menegaskan bahwa strategi pendampingan ini tidak dilakukan secara simbolis, tetapi benar-benar hadir untuk membantu proses tanam petani di lapangan. “Kami turun bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas, bukan untuk mengawasi saja, melainkan mendampingi secara aktif dalam kegiatan pertanian,” ungkapnya Selasa 26/06.
Di lapangan, terdapat 149 penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang setiap hari menjalankan tugasnya secara intensif. Mereka bertanggung jawab memberikan bimbingan teknis, mendampingi proses budidaya, dan memastikan seluruh kegiatan pertanian berjalan sesuai dengan rencana. Setiap aktivitas mereka juga harus dilaporkan secara langsung ke Kementerian Pertanian, lengkap dengan bukti foto yang diambil menggunakan kamera terbuka (open camera).
“Pelaporan ini bukan sekadar formalitas. Foto yang dikirimkan menjadi bukti bahwa kegiatan benar-benar dilaksanakan, dan hal ini dapat dicek langsung oleh pihak pusat,” lanjutnya.
Selain laporan harian, DKPP juga rutin menggelar pertemuan daring dengan jajaran Kementerian Pertanian setiap akhir pekan. Forum ini menjadi ruang evaluasi, diskusi solusi, dan koordinasi progres pembangunan pertanian yang berlangsung di daerah. Melalui dialog dua arah ini, permasalahan di lapangan dapat segera mendapatkan perhatian dan tindak lanjut dari pemerintah pusat.
Tidak berhenti di aspek teknis, DKPP juga menjadikan pendekatan sosial sebagai landasan penting dalam menjaga semangat petani. Lewat kegiatan rutin yang dikenal dengan istilah kompolan, para petani dikumpulkan untuk berbagi pengalaman, motivasi, dan semangat dalam menghadapi dinamika musim tanam yang penuh tantangan.
“Kami ingin petani tetap termotivasi, terutama saat cuaca tidak menentu. Dalam kompolan, mereka bisa saling menguatkan dan berdiskusi mengenai solusi bersama,” jelasnya.
Sementara itu, kendala klasik seperti keterbatasan pupuk terus diantisipasi melalui kerja sama dengan Pupuk Indonesia dan berbagai pihak terkait. Langkah ini dilakukan untuk menjamin distribusi pupuk subsidi tepat waktu dan tepat sasaran, serta tidak menimbulkan keresahan di kalangan petani.
Fenomena cuaca ekstrem akibat El Niño pun tidak menyurutkan semangat bertani. Chainur menjelaskan bahwa irigasi teknis di beberapa wilayah menjadi penyelamat, karena mampu menyediakan pasokan air yang cukup agar aktivitas tanam tetap berjalan.
“Selama air tersedia, petani tetap bergerak. Ini menunjukkan daya tahan dan semangat luar biasa dari mereka,” katanya.
Keberhasilan pendekatan ini, menurut Chainur, tidak bisa lepas dari kolaborasi semua elemen. Pemerintah desa, kecamatan, dan lembaga vertikal seperti TNI-Polri turut aktif mendukung pelaksanaan program swasembada pangan di daerah.
“Ini bukan soal angka target semata. Yang kami bangun adalah semangat kolektif dari bawah, dari desa. Ketahanan pangan bukan lagi wacana, tapi cita-cita bersama yang sedang kami wujudkan,” tutupnya.
Dengan langkah nyata yang terus digalakkan di lapangan serta sinergi lintas sektor yang kuat, DKPP Sumenep membuktikan bahwa swasembada pangan bisa dicapai melalui pendekatan menyeluruh yang menggabungkan ketekunan, kerja sama, dan kepedulian terhadap nasib petani. (Red/TH)