SUMENEP, MASALEMBO.ID– Nama Universitas Bahaudin Mudhary (UNIBA) Madura kembali mencuat setelah terjerat serangkaian persoalan serius. Kampus yang sebelumnya diwarnai dugaan pemotongan dana KIP, kasus pelecehan seksual, dan pengedaran pil ekstasi oleh mahasiswa, kini menghadapi tuduhan penggelapan dana terkait seragam Pakaian Dinas Harian (PDH).
Seorang mahasiswa angkatan 2023 mengungkapkan kekecewaannya terkait kasus yang dialami saat itu.
“Saya diminta membayar Rp135 ribu untuk seragam himpunan. Namun, beberapa waktu kemudian viral kabar bahwa uang tersebut diduga dibawa kabur oleh salah satu oknum kampus,” ungkap mahasiswa yang meminta namanya dirahasiakan, Jumat (17/1).
Beruntung selang peristiwa tersebut, menjadi buah bibir dan menjadi sorotan, bahkan sampai terdengar keluar kampus, seragam akhirnya diberikan kepada mahasiswa.
“Mungkin uangnya sudah diganti atau ada solusi lain,” ujarnya.
Rektor Angkat Bicara
Menanggapi kasus tersebut, Rektor UNIBA Madura, Rahmad Hidayat, membenarkan adanya permasalahan, namun menegaskan bahwa kampus tidak bertanggung jawab langsung atas kasus penggelapan dana PDH.
“Kasus ini terjadi pada tahun 2023. Saya sudah melarang adanya pembuatan seragam selain almamater kampus,” tegasnya, Jumat (10/1/2025).
Menurut Rahmad, pengadaan baju PDH sepenuhnya merupakan inisiatif mahasiswa melalui organisasi himpunan program studi.
“Saya selalu mengingatkan kepada mahasiswa baru bahwa tidak perlu ada seragam tambahan karena mereka sudah mendapatkan almamater,” imbuhnya.
Dalam kasus ini, nama Ivan, seorang karyawan yang juga alumni UNIBA Madura, disebut sebagai pelaku utama penggelapan.
“Ivan bukan dosen, dia adalah karyawan yang dulu aktif di kemahasiswaan dan dekat dengan pengurus himpunan mahasiswa,” jelas Rahmad.
Ia juga mengungkapkan bahwa setelah kejadian ini, uang telah dikembalikan dan seragam berhasil didistribusikan. Sebagai langkah tegas, Ivan telah diberhentikan dari pekerjaannya.
“Untuk menjaga integritas kampus, Ivan sudah tidak bekerja di sini lagi,” tambah Rahmad.
Pungutan Lain Jadi Sorotan
Belum berhenti sampai disitu, mahasiswa juga mempertanyakan berbagai pungutan lain yang dinilai tidak jelas. Salah satunya adalah pembayaran pendaftaran dan biaya kemahasiswaan.
“Semua mahasiswa, termasuk penerima beasiswa, diwajibkan membayar Rp300 ribu untuk pendaftaran dan Rp1,5 juta untuk biaya kemahasiswaan,” ujar Rahmad.
Namun, beberapa mahasiswa mengaku mengalami pembayaran ganda untuk pendaftaran tanpa kejelasan pengembalian dana.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak kampus terkait kasus ini. Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh Masalembo.id, dana tersebut diduga juga disalahgunakan oleh oknum yang sama.
Ia juga mengkritik ketidaktransparanan sistem administrasi kampus, perihal keuangan yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa.
“Anggap saja saya menyumbang,” katanya dengan nada kecewa
Manajemen Kampus Dipertanyakan
Serangkaian kasus ini semakin memperburuk citra UNIBA Madura di mata publik. Selain dugaan penggelapan dana seragam dan pembayaran pendaftaran, kasus-kasus sebelumnya, seperti pelecehan seksual dan dugaan pengedaran narkoba, menunjukkan adanya masalah serius dalam pengelolaan kampus.
Mahasiswa berharap pihak kampus dapat segera berbenah dan memastikan transparansi dalam pengelolaan dana serta lingkungan yang aman dan kondusif untuk belajar.
“Semoga masalah ini menjadi pelajaran agar kampus lebih baik ke depannya,” harap seorang mahasiswa.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa kepercayaan mahasiswa adalah aset utama yang harus dijaga oleh institusi pendidikan. Jika tidak, hal ini akan terus menjadi batu sandungan bagi nama baik UNIBA Madura. (TH)